Selasa, 24 September 2013

Mental yang sehat? Penting?

       Kemajuan Teknologi, Budaya dan Industri di Zaman Modern ini, memang dapat dikatakan sangat membantu manusia dalam mengarungi kehidupannya di zamannya. Tapi, Semakin maju peradaban, semakin kompleks pula masalah dan kebutuhan manusia bukan? Dari bermacam-macamnya masalah itu, mental manusia diuji dari berbagai macam gangguan-gangguan mental yang bisa saja mendera.
         Secara ringan, gangguan mental yang bisa saja mendera manusia, apalagi manusia yang bergelut di bidang profesi, yaitu depresi. Depresi itu sendiri merupakan respons mental seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan, dan muncul disaat semua masalah menumpuk di otak dan tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Seperti teman saya di kampus. Dulunya, dia itu sering banget curhatnya, tapi semenjak berhenti dari pekerjaan part-timenya, yang sering dicurhatin sama saya. Ia jadi nggak terlalu sering curhatnya. Walaupun kalo difikir-fikir temen saya ini memang hobinya curhat. Di bidang profesi inilah, depresi sangat sering muncul. Masalah, misalkan dengan rekan kerja, atasan dan sebagainya menimbulkan masalah yang bertumpuk, itulah depresi.
         Lebih jauh mengenai gangguan mental, mungkin lebih tepatnya saya katakan ini penyakit jiwa, karena gangguan mental itu merupakan gangguan pada mental seseorang, namun orang tersebut tetap sadar dan masih bisa berfikir meskipun cara berfikirnya sudah tak sewajarnya. Sedangkan penyakit jiwa itu sebaliknya tidak mengetahui atau tidak dapat lagi berfikir, hanya menggunakan naluri mereka untuk menjalani kehidupannya.
         Penyakit jiwa yang saya maksud disini ialah, skizofernia. Ialah Gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). ciri-ciri orang yang mentalnya sehat itu bisa merasakan bahagia atau sedih, lantas bagaimana dengan orang skizofrenia? Kita sering melihat mereka tertawa. Tapi jika kita perhatikan dengan seksama, apa yang ditertwakan orang skizofrenia tersebut? Mereka biasanya tertawa sendiri tanpa adanya sebab. Tapi beda dengan orang yang sedang jatuh cinta. Pernah kan? Rasain jatuh cinta? Ketawa sendiri, bicara sendiri, tapi itu semua ada sebabnya bukan? Sebabnya sudah pasti karena melihat seseorang yang cantik/ganteng salah satu contohnya. Orang skizofrenia itu tertawa tanpa sebab, itulah halusinasi. Persepsi yang muncul tanpa adanya rangsangan panca indera. Walaupun kita tidak tahu apa yang ada dalamn persepsinya itu tadi.
           Dari gangguan dan penyakit mental diatas, tentu kita tahu, bahwa sangat penting kesehatan mental bagi individu. Selain untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup, juga untuk menghindari penyakit atau gangguan mental seperti diatas. Bukan hanya berarti fisik yang sehat yang memiliki mental yang sehat, tapi mental yang sehat itu juga membentuk fisik dan pribadi yang sehat. Walaupun tulisan ini masih mirip jawaban essay. Saya harap dapat bermakna baik bagi jiwa-jiwa baik yang membacanya. Tulisan ini memang sangat jauh dari kata bagus/baik (tidak saya katakana sempurna karena, baik/bagus saja masih jauh, apalagi bila berkata sempurna. Tapi semoga saja bermanfaat bagi orang yang ingin tahu betapa pentingnya mental sehat itu.
          Kritik dan saran untuk blog? dari saya? Malah tulisan ini yang perlu banyak dikritik. Terima kasih saya ucapkan saja, karena dari blog (http://emmakim28.blogspot.com) ini saya jadi ngupdate kembali blog saya yang udah penuh laba-laba ini. Mari Kalo gitu. Karena kalo saya tulis banyak-banyak nanti ngos-ngosan bacanya. Sekian. Terima kasih. 

Tulisan ini diikutsertakan dalam event 'Psychology Giveaway' yang diselenggarakan oleh d'Paresma

Jumat, 16 November 2012

Waktu



Mungkin kalau para pembaca melihat gambar diatas, para pembaca sekalian pasti akan mendefinisikan bahwa bahasan yang akan kita bahas adalah waktu. Waktu yang jika diangkakan 24 jam, saya menulis 24 jam saja karena ilmu matematika saya agak cetek ya... karena kalau ditulis dalam detik, mungkin saya akan berhenti dari tulisan ini dan mengambil kertas untuk mulai menghitung-hitung berapa detik dalam 24 jam. Baiklah, kembali ke bahasan kita mengenai waktu, pernahkah kalian sadar berapa waktu yang telah kita sia-siakan selama ini…? Mungkin pertanyaan seperti ini bagi anda adalah pertanyaan pasaran, tapi apa ada jawaban yang paling tepat mengenai pertanyaan ini…? Jika menghitung waktu yang terbuang itu pasti kita malah membuang waktu yang lain bukan…? Jadi lebih baik gunakan waktu kita sedetail-detailnya. Buang-buang waktu itu adalah kegiatan diaman kita sedang melakukan sesuatu yang kita tahu bahwa hasilnya itu pasti akan sia-sia, itu definisi menurut saya, tolong jika pembaca ada yang punya definisi yang lebih tepat atau menurut anda paling benar, mohon diberi saran, karena ini tulisan pertama saya dan saya tahu pasti para pembaca lebih pintar dari saya. Tapi disini, melakukan kegagalan itu tidak selamanya menyia-nyiakan waktu. Kegagalan itu kan pasti melalui proses, dan prose situ sendiri pasti menumbuhkan suatu buah pikiran yang menjadi pengalaman. Seperti sapi… eh bukan… kerbau misalnya, kerbau yang binatang saja, kalau pernah jatuh ke lubang, ia tidak bakalan lewat jalan berlubang yang membuatnya jatuh tadi tersebut. Artinya apa…? Bukan saya menyuruh kita agar menjadi kerbau, bukan… :D… yang saya maksud di sini adalah kira-kira, apa yang di dapat sang kerbau ini dari kejadian tadi…? Itulah pengalaman, para pembaca tau pengalaman bukan…? Pasti itu, kan para pembaca sekalian ini pasti orang-orang yang punya intelektual yang tinggi, apalagi para pembaca sekalian cantik-cantik/ganteng-ganteng… :D… kembali ke masalah pokok, bahwa Pengalaman itu dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari kita, karena kita tidak mungkin tahu akan sesuatu apabila tidak ada proses yang menumbuhkan buah pikiran (pengalaman) entah dalam hal sekecil-kecilnya. Ataupun pengalaman itu diberitahu secara lisan maupun tulisan oleh orang lain. Misalnya, orangtua kita melarang memegang api karena mereka tahu bahwa jika api itu dipegang, maka akan membakar tangan. Entah itu diberitahukan oleh orangtua mereka (Kakek nenek) ataupun sudah mereka rasakan sebelumnya. Kita juga harus peka akan pengalaman tersebut, karena ada pengalamn yang agak samar-samar ya kan…? Samar-samar untuk diingat maksudnya. Semua yang telah kita lakukan di dunia ini menimbulkan pengalaman, pengalaman yang artinya sesuatu yang telah dilakukan dan dipelajari untuk lebih baik ke depannya. Dan sekali lagi saya ucapkan ini definisi menurut saya, belum tentu benar kan…? Dalam bacaan ini saya ingin menumbuhkan di benak pembaca sekalian bahwa tidak ada waktu yang terbuang sia-sia jika kita mampu memaknai setiap detik hidup kita. Karena waktu yang terbuang sia-sia itu hanya definisi kita yang terlalu terobsesi dengan tujuan akhir. Waktu yang kita rasa terbuang sia-sia itu memilki makna tersendiri, walaupun kecil tapi makna itu yang membimbing kita ke hidup yang lebih baik. Maknailah waktumu, pengalaman membimbingmu menuju hidup yang lebih baik dari kemarin setidaknya. Dan ilmu kita sendiri bertambah luas oleh pengalaman, bertambah luas dalam artian, kita tahu, agar kita tidak begini, agar kita begini, dan agar tidak terulang seperti sebelumnya dalam bahasa mudahnya. Pengalaman membuat segalanya lebih baik.

Siapa Aku?

Tema beikutnya Adalah, siapa aku? Sebagian orang pasti menganggap pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan yang tidak masuk akal bukan? Saya juga waktu pertama kali dengar dosen saya berkata seperti itu, saya juga ngerasa aneh, karena aku itu kan AKU bukan orang lain… tapi setelah mendengar penjelasan lebih lanjut mengenai itu saya jadi ingin mencari tahu siapa saya sebenarnya ini. Bagi pembaca yang sudah sedikit merasa bosan karena saya jadi mulai agak serius nulisnya, ini sebuah tebak-tebakan… sayap, sayap apa yang paling gagah…? Apa ayo…? Jawabannya yaitu sayap sendiri (saya sendiri)… ini lucu bagi saya, tapi maaf kalau garing bagi anda. Baiklah kita mulai membahas lagi, siapa aku…? Apa potensiku…? Sebagian orang hanya terobsesi pada orang lain dan kelihatan ingin meniru orang lain tersebut. Tapi pernahkah kita sadar siapa kita siapa dia…? Dia gagah, dia cantik, dia kaya, dia miskin, dia terkenal dan lain sebagainya, tapi kita tidak sadar bahwa mereka juga manusia kita pun juga manusia. Inilah kita, seringkali memasrahkan hidup, entah karena saya miskinlah saya jeleklah, padahal kita semua itu sama(sama-sama manusia). Banyak orang gagah dalam segi visualitas tapi di hati berbeda, begitupun sebaliknya. Misalnya ada kasus seperti ini, seorang anak kuliah untuk menjadi guru, sementara dia sangat suka dan punya potensi besar di bidang lain, otomotif misalnya. Memang, gaji pada seorang guru, itu cukup menjanjikan palagi dengan gaji pension, siapa yang tidak tergiur dengan gaji saat hari tua. Tapi pernahkah kita sadar hobi dan potensi kita…? Pernahkah kita berpikir bahwa hobi itu bisa jadi profesi…? Inilah kelemahan kita, selalu berfikir bahwa pekerjaan yang menjanjikan itu tepat. Memang, pekerjaan yang menjanjikan itu sangat baik dalam kelangsungan hidup kita, tapi fikiran akan hobi yang menjadi profesi itupun terhapus olehnya. Karena terlalu terobsesi dengan kepuasan akan hasil yang melimpah, tanpa kita sadari bahwa potensi kita terkungkung saat itu. Potensi yang bisa kita gali dan membuatnya menjadi pekerjaan yang menjadikan kigta ahli di dalamnya. Potensi untuk menjadi jiwa yang hebat dalam bidang yang kita sukai tersebut. Hasil melimpah itu bagus, tapi proses yang menyenangkan juga lebih bagus bukan…? Anda itu hebat, buka mata anda, hadapi dunia dengan berbajukan potensi, maka bukan anda yang mencari dunia (Harta pekerjaan yang saya maksud disini) tapi dunia yang akan mencari anda.